DewaSport.asia – adalah salah satu tim kuat di Liga Italia dengan segudang prestasinya. Roma bahkan termasuk dalam tujuh tim kuat Liga Italia era 1990 hingga awal 2000-an yang biasa disebut dengan il magnifico sette. Akan tetapi, hal itu kini tinggal sejarah karena Roma saat ini justru tengah berusaha bangkit dari keterpurukan.
Terakhir kali Roma terlihat pantas disebut tim kuat ialah pada musim 2000-2001 yakni saat menjadi juara Liga Italia. Keberadaan Gabriel Batistuta dan Francesco Totti di lini depan Roma benar-benar menakutkan kala itu. Akan tetapi, musim-musim setelahnya Roma bagaikan serigala tanpa taring.
Banyak pelatih yang berusaha membangkitkan Roma tetapi berujung kegagalan. Musim lalu Roma bahkan memecat Eusebio Di Francesco dari kursi pelatih pada 7 Maret 2019 atau kurang lebih tiga bulan sebelum Liga Italia selesai. Alasan pemecataan Di Francesco tentu saja karena performa buruk Roma.
Di Francesco yang membawa Roma finis ketiga pada musim perdananya yakni Liga Italia 2017-2018 sejatinya sangat didukung oleh klub. Hal itu terbukti dari perekrutan 14 pemain baru yang dilakukan Roma pada awal musim lalu tetapi dukungan tersebut tak dimasimalkan Di Francesco.
Roma justru terseok-seok di Liga Italia sehingga harus dibantu Claudio Ranieri yang masuk menggantikan Di Francesco hingga akhir musim lalu. Ranieri membantu Il Giallorossi –julukan Roma– untuk menyegel posisi enam pada klasemen akhir sehingga berhak berlaga di Liga Eropa musim ini.
Roma pun menunjuk Paulo Fonseca sebagai juru taktik baru untuk dua musim ke depan. Bersama Fonseca, Roma berharap mampu bangkit dan meraih prestasi terbaik pada musim ini. Akan luar biasa jika Foncesca bisa memberikan trofi untuk Roma yang terakhir kali merasakan gelar juara pada musim 2007-2008. Pada musim itu Roma menjuarai Coppa Italia dan Piala Super Italia.
Efek Tangan Dingin Fonseca terhadap Roma
Fonseca memiliki trek rekor bagus sebagai pelatih karena sudah mengoleksi sembilan trofi. Meski lama berkarier di Liga Portugal tetapi tujuh dari sembilan trofi yang dikoleksinya justru hadir saat membesut Shakhtar Donetsk pada medio 2016-2019. Kepiawaian Fonseca membesut Shakhtar menarik perhatian Roma sehingga direkrut.
Fonseca bersama Shakhtar mampu berjaya di kompetisi domestik Ukraina tetapi tantangan di Italia memiliki level berbeda. Apabila Shakhtar diibaratkan sebagai penguasa di Rusia maka Roma berstatus penantang di Italia karena Juventus adalah rajanya.
Fonseca harus berpikir keras untuk meracik formasi terbaik guna membangkitkan Roma yang musim lalu terpuruk. Selain formasi, Fonseca juga harus memikirkan pemain-pemain yang mesti direkrut Roma pada bursa transfer musim panas 2019. Sebab, formasi yang baik harus didukung pemain yang sesuai.
Ketika formasi dan pemain yang tepat didapatkan maka filosofi permainan Fonseca baru bisa diterapkan. Filosofi permainan Fonseca adalah penguasaan bola. Hal itu yang membuat Fonseca bisa sukses merengkuh tujuh trofi bersama Shakhtar. Pekerjaan rumah Fonseca musim ini adalah mengulang prestasinya di Shakhtar bersama Roma.
Hadirnya Pemain Baru
Setelah melakukan belanja besar-besaran pada awal musim lalu maka sekarang Roma lebih selektif membeli pemain. Roma hingga saat ini baru membeli lima pemain di bursa transfer musim panas 2019 yakni Pal Lopez, Leonardo Spinazzola, Amadou Diawara, Bryan Cristante dan Mert Cetin. Cristante sejatinya sudah bermain untuk Roma musim lalu sebagai pemain pinjaman tetapi baru resmi dibeli pada musim panas 2019.
Meski kedatangan pemain baru tetapi Roma juga kehilangan dua sosok penting yakni Kostas Manolas yang hijrah ke Napoli dan Daniele De Rossi yang pindah ke Boca Juniors setelah tak diperpanjang kontraknya. Sementara itu, Steven Nzonzi dipinjamkan ke Galatasaray salama semusim.
Kepergian mereka akan ditambal dengan kedatangan para pemain baru. Lubang yang dtinggal Manolas di jantung pertahanan Roma bisa diisi oleh Cetin. Diawara dan Cristante kemungkinan besar menggantikan peran dari sang legenda, De Rossi, serta Nzonzi di lini tengah Roma musim ini. Sang kiper baru, Lopez, disinyalir akan masuk ke tim inti Roma menggantikan Robin Olsen yang tampil buruk musim lalu.
Saat empat pemain baru Roma kemungkinan besar jadi pemain inti maka Spinazzola sepertinya akan menempati bangku cadangan. Pasalnya, sulit untuk menggeser Aleksandar Kolarov di sisi kiri pertahanan Roma musim ini. Kendati demikian, kehadiran Spinazzola tetap menambah kualitas skuad Roma musim ini
Roma disinyalir belum berhenti berbisnis di bursa transfer musim panas 2019 sehingga kemungkinan besar masih ada pemain baru yang akan datang lagi. Akan tetapi, Fonseca harus bisa memanfaatkan pemain Roma saat ini secara maksimal karena Liga Italia musim ini akan dimulai pada Sabtu 24 Agustus 2019. Roma memainkan partai pertamanya melawan Genoa di Stadion Olimpico, Senin 26 Agustus 2019, dini hari WIB.
[insert_php] if (wp_is_mobile()) { echo ‘
‘; } [/insert_php]
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.