DewaSport.asia – Juergen Klopp mendapat banyak kesempatan di Liverpool karena diklaim berkulit putih. Itu contoh diskriminasi yang kabarnya masih diterapkan klub Premier League.
Hal itu dilontarkan eks pemain Liverpool di era 1987-1997, John Barnes. Pria yang juga berkulit hitam lantaran punya darah Jamaika itu menuding Klopp mendapat ‘keistimewaan’ dengan bertahan lama di Liverpool karena warna kulitnya.
Sebagai rujukannya, Barnes menyebut hasil Klopp di dua musim pertamanya melatih Liverpool. Ketika itu, manajer asal Jerman tersebut membawa Liverpool cuma finis di peringkat ke-8 dan 4 di Liga Inggris.
Barnes mengklaim, dengan hasil seperti itu, maka Klopp akan kena pecat jika berkulit hitam. Hal itu ia lontarkan, juga terkait komentar rasis yang sempat diutarakan Greg Clarke, ketua FA yang akhirnya mundur karena blunder ucapannya.
“Anda dapat menempatkan struktur pada tempatnya, tetapi sampai Anda mengubah persepsi Anda, tidak ada yang akan berubah,” kata Barnes kepada PlayOJO, yang dilansir Daily Mail.
“Saya menggunakan Klopp sebagai contoh. Seberapa sukses dia dalam dua tahun pertama, dalam hal tertinggal 25 poin dari pemuncak klasemen?”
“Tapi kami [Liverpool], percaya bahwa dia adalah orang yang tepat. Dalam keadaan yang berbeda, dia akan kehilangan pekerjaannya. Jika dia berkulit hitam, dia akan kehilangan pekerjaannya dalam dua tahun pertama itu,” katanya.
Tak cuma Liverpool, Barnes juga mencontohkan Chelsea. Menurut pria yang juga pernah membela Timnas Inggris itu, The Blues mempertahankan Frank Lampard karena statusnya sebagai legenda klub. Barnes merujuk pada banyak manajer Inggris yang langsung kena pecat jika kesulitan.
“Jika dia [Klopp] orang Inggris, dia akan kehilangan pekerjaannya. Di sinilah gagasan diskriminasi agak aneh, karena ada sekelompok orang yang didiskriminasi di sepakbola Inggris dan level tertinggi di Liga Premier,” katanya.
“Sekarang, enam tim teratas tidak akan memiliki manajer Inggris berkulit putih. Ya, Anda bisa mengatakan Frank Lampard, seperti yang dikatakan orang-orang, tetapi itu karena dia memiliki ikatan khusus dengan Chelsea.”
“Itulah satu-satunya alasan dia melatih Chelsea, tetapi dalam situasi yang berbeda, dia tidak akan mendapatkan pekerjaan itu,” kecam Barnes, yang membawa Liverpool juara divisi satu dua kali semasa bermain.
Barnes mengatakan, kurangnya pelatih dari kalangan BAME (Black Asian and Minority Ethnics), bukan karena salah sepakbola Inggris. Ia menyebut hal itu menjadi dampak dari pemikiran masyarakat yang masih punya stigma negatif kepada mereka.
“Ini tidak ada hubungannya dengan manajer sepakbola kulit hitam. Ini adalah masalah yang lebih luas, karena berapa banyak manajer kulit hitam yang ada di eselon tinggi di industri mana pun? Dan mengapa sepakbola harus berbeda?” katanya.
“Sampai kita menanganinya di masyarakat, dan kita mengubah persepsi kita di masyarakat, itu akan ada di semua lapisan masyarakat. Dan sepakbola adalah salah satunya,” jelasnya.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.