DewaSport.asia – Persipura Jayapura adalah klub dengan sejarah panjang di kancah sepak bola Indonesia. Klub berjulukan Tim Mutiara Hitam itu menjadi ikon dari peta kekuatan sepak bola Indonesia Timur.
Persipura Jayapura lahir pada 1 Mei 1963. Persipura hadir sebagai tempat tumbuh dan berkembang para pemain sepak bola asli Papua.
Persipura menjadi klub Indonesia yang paling konsisten melahirkan pemain-pemain lokal berkualitas. Khususnya pemain yang berasal dari Bumi Cendrawasih.
Pada era perserikatan, Persipura mampu menghadirkan warna berbeda di sepak bola Indonesia. Klub yang bermarkas di Stadion Mandala itu pernah menjadi runner-up Divisi Utama edisi 1980 dan dua kali menjuarai Divisi 1 yakni pada 1979 dan 1993.
Sederet pemain berkualitas pernah membela Persipura yakni Rully Nere, Yohanes Auri, Jendri Pitoy, Eduard Ivak Dalam, Jack Komboy, Erol Iba, serta Chris Yarangga. Sampai saat ini, Persipura masih dihuni mayoritas putra daerah semisal Ian Louis Kabes, Yohanes Pahabol, Yustinus Pae, hingga Boaz Solossa.
Persipura bisa dibilang sebagai klub Papua paling sukses di kompetisi Indonesia. Sebanyak empat gelar pernah diraih Persipura di era Liga Indonesia.
Persipura juga menjadi klub yang paling konsisten dan satu-satunya klub Papua yang berada di papan atas kompetisi elite Indonesia. Wajar bila Persipura sangat identik dengan kebanggaan masyarakat Papua.
Saking dekatnya dengan masyarakat Papua, Ketua Umum Persipura, Benhur Tommy Mano, berencana membangun museum sejarah Persipura. Hal itu dilakukan agar masyarakat semakin cinta dengan klub kebanggaan daerahnya.
“Dengan adanya museum, Persipura Jayapura dapat diketahui oleh seluruh masyarakat Papua tentang sejarah awal tim ini ada,” ungkap Benhur beberapa waktu lalu.
Periode 2004-2013 bisa disebut sebagai masa keemasan Persipura Jayapura. Klub berjulukan Mutiara Hitam itu tercatat meraih tiga gelar liga yakni pada 2004, 2010-2011, dan 2013.
Keberhasilan Persipura meraih gelar tak bisa dipisahkan dari peran Boaz Solossa. Ketika itu, Boaz menjadi penyerang yang tampil tajam dan mencetak banyak gol buat Persipura.
Boaz tercatat selalu menjadi pencetak gol terbanyak jika Persipura juara. Hal itu dibuktikan pada musim 2008-2009 dengan sumbangan 28 gol, 2010-2011 dengan torehan 26 gol, serta pada 2013 dengan total 23 gol.
Ketajaman pemain berusia 34 tahun itu tak terlepas dari kecerdikan pelatih-pelatih Persipura yang menjadikannya sebagai ujung tombak. Pada 2005, Rahmad Darmawan berhasil memberikan kepercayaan kepada Boaz yang ketika itu berusia 19 tahun.
Dalam laga final, Boaz mencetak satu gol ke gawang Persija yang menjadi modal Persipura meraih gelar sehingga menang 3-2 pada akhir babak tambahan. Wajar bila keberhasilan Persipura tak bisa dipisahkan dari peran besar Boaz.
Selain itu, ada tangan dingin Jacksen F. Tiago dalam tiga gelar terakhir Tim Mutiara Hitam. Pria asal Brasil tersebut berhasil menyulap Persipura menjadi tim yang tajam di lini depan dan juga tangguh di sektor belakang.
Namun, sejak saat itu belum ada lagi gelar yang mampu diraih Persipura. Pada 2014, Persipura gagal mempertahankan gelar dan finis di peringkat kedua dan setelah itu, mereka terlihat kesulitan bersaing.
Persipura Jayapura tampaknya tak bisa dipisahkan dari sosok Jacksen F. Tiago. Hal itu terlihat dari tanda-tanda kebangkitan yang mulai ada di Persipura.
Di Liga 1 musim lalu, Persipura mengawali kiprahnya bersama Luciano Leandro. Namun, penampilan klub asal Papua itu terlihat tak konsisten.
Dalam enam laga yang dimainkan, Persipura gagal meraih kemenangan dan mencatatkan tiga kali kalah dan tiga kali imbang. Boaz Solossa dkk. akhirnya terjun bebas ke posisi 15.
Manajemen pun mengambil langkah tepat dengan memecat Luciano Leandro. Persipura kemudian menunjuk Jacksen F. Tiago yang sedang menganggur sebagai pelatih.
Perlahan-lahan, performa Persipura membaik dan finis di peringkat ketiga dengan raihan 53 poin. Bersama Jacksen, Persipura mencatatkan 14 kemenangan, delapan kali imbang, dan enam kali kalah.
“Musim ini adalah musim yang berat buat kami dan juga saya. Kami harus jauh dari keluarga dan itu sangat berat,” kata Jacksen selepas pertandingan terakhir Persipura di Liga 1 2019.
“Sebagai pelatih saya menyadari itu menjadi beban yang luar biasa ketika lima bulan berada di luar. Sehingga, saya secara pribadi sangat berterima kasih atas apa yang mereka lakukan sejauh ini,” tegas Jacksen.
Musim ini, Persipura masih diperkuat nama-nama lama mulai dari Ricardo Salampessy, Ian Louis Kabes, Yohanes Pahabol, Yustinus Pae, hingga Boaz Solossa.
Pemain-pemain di atas pernah menjadi bagian kesuksesan Jacksen bersama Persipura. Selain itu, ada juga pemain-pemain muda yang dipercaya mengisi skuat senior semisal David Rumakiek, Todd Rivaldo Ferre, dan Marinus Wanewar.
Para pemain lokal itu dipadukan dengan legiun asing yang didatangkan yakni Thiago Amaral, Sylvano Comvalius, Arthur Cunha, hingga Takuya Matsunaga. Kelengkapan skuat inilah yang menjadi faktor pendukung Persipura untuk kembali ke persaingan gelar juara Liga 1.
Dalam tiga laga awal musim ini, Persipura mampu memetik dua kemenangan dan sekali kalah. Persipura tercatat berhasil mencetak enam gol dan kebobolan lima kali dan saat ini menghuni peringkat keempat klasemen sementara Liga 1 2020 dengan koleksi enam poin.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.