DewaSport.asia – Frank Lampard dipecat dari kursi manajer Chelsea. Apakah mungkin salah satunya gara-gara Timo Werner dan Kai Havertz yang terus-terusan redup?
Frank Lampard cuma menukangi Chelsea selama 18 bulan. Dari 84 laga yang dilaluinya, Super Frank meraih 44 kemenangan, 23 kali kalah, dan sisanya seri.
Seharusnya, Lampard dikontrak sampai tahun 2022. Apa daya, pihak klub tampak sudah habis kesabarannya sehingga pemecatan datang juga dengan tiba-tiba.
Dilansir dari Football London, Frank Lampard sejatinya membawa perubahan baru di Chelsea kala musim pertamanya melatih di musim 2019/2020. Chelsea yang saat itu sedang dihukum larangan belanja pemain di dua bursa jendela transfer (gara-gara pembelian pemain di bawah umur), mau tak mau harus memanfaatkan pemain muda jebolan akademi.
Lampard pun menaruh kepercayaan tinggi pada pemain-pemain jebolan akademi The Blues. Mereka adalah Tammy Abraham, Mason Mount, Reece James, Fikayo Tomori, Billy Gilmour, hingga Tino Anjorin, Ian Maatsen, dan Armando Broja.
Para pemain muda Chelsea membayar impas kepercayaan Lampard. Tammy Abraham mampu mengemas 18 gol di musim pertamanya, Mason Mount jadi pemain tengah yang kuat, dan Reece James cukup matang di pos bek sayap kanan.
Billy Bilmour juga terlihat potensinya sebagai jendral lapangan. Para pemain muda Chelsea, sepertinya memang tidak jelek-jelek amat.
Buktinya, Chelsea mampu finish di peringkat keempat. Plus, mereka mampu melangkah sampai babak final Piala FA.
Menyambut musim 2020/2021, Chelsea terbebas dari hukuman larangan belanja pemain. Klub asal London ini langsung tancap gas membeli banyak pemain berbakat!
Ben Chilwell, Edouard Mendy, Thiago Silva, Timo Werner, dan Kai Havertz didatangkan. Dua nama terakhir adalah yang paling mencuri perhatian karena paling mahal!
Timo Werner dibeli dari RB Leipzig seharga 53 juta euro atau setara Rp 900 miliar. Kai Havertz dibeli dari Bayer Leverkusen seharga 80 juta euro atau setara Rp 1,3 triliun.
Mereka berdua masih muda dan begitu bersinar di Bundesliga. Werner begitu mematikan di lini serang dengan 28 gol dari 34 laga di musim lalu, serta Havertz bikin 12 gol dari 30 laga.
Sayang hingga kini keduanya melempem, seperti sulit berkembang di Chelsea.
Timo Werner baru empat gol dari 19 laga di Liga Inggris. Havertz baru satu gol dari 16 laga.
Malah kehadiran mereka berdua harus mengobarkan para pemain akademi yang sudah bersinar seperti Tammy Abraham dan Callum Hudson-Odoi.
Sesi pramusim yang minim membuat keduanya tak punya waktu untuk cepat beradaptasi. Belum lagi, jadwal begitu padat sehingga mau tak mau mereka berdua harus bisa terus tampil fit.
Lain sisi, para petinggi Chelsea tentu sang bos, Roman Abramovich tak mau merugi melihat pemain-pemain mahalnya malah berakhir sia-sia. Khusus Roman Abramovich, disebut-sebut memang begitu kesengsem sama Werner dan Havertz.
Berkaca dari pengalaman, hal serupa pernah terjadi di Chelsea. Tentu contoh yang paling mencolok adalah kala Roman Abramovich memboyong Andriy Shevchenko di tahun 2006.
Kala itu, Chelsea sudah punya Didier Drogba sang striker tangguh. Namun karena bos suka Shevchenko, maka mau tak mau manajer saat itu Jose Mourinho tetap memainkannya.
Maka apakah kini hal serupa sungguh seperti itu adannya, Chelsea pecat Frank Lampard karena Timo Werner dan Kai Havertz tidak bersinar terang?
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.