DewaSport.asia – Penantian Real Madrid menggenggam Piala Super Spanyol sejak 2017 terwujud di King AbdullahSports City, Senin (13/1/2020). Kemenangan 4-1 lewat adupenalti atas Atletico Madrid sekaligus menegaskan kehebatan Zinedine Zidane sebagai raja final.
Gelar Piala Super Spanyol kali ini menggenapkan statusnya sebagai pelatih yang tidak pernah kalah dalam perebutan gelar di sembilan final. Pada delapan final sebelumnya, Zidane membawa Madrid menang 5-3 atas Atletico di finalLiga Champions 2015/2016 dan menang 3-2 atas Sevilla di Piala Super Eropa 2016.
Kemudian Madrid menang 4-2 atas Kashima Antlers di Piala Dunia Antarklub 2016, menang 4-1 atas Juventus di final Liga Champions 2016/2017, menang 2-1 atas Manchester United di Piala Super Eropa 2017, mengungguli Barcelona 5-1 di Piala Super Spanyol 2017, menang 1-0 atas Gremio di Piala Dunia Antarklub 2017, menang 3-1 atas Liverpool di Liga Champions 2017/2018.
Hasil diatas sekaligus melengkapi gelar Zidane menjadi 10 selama menjadi pelatih LosBlancos.
Menanggapi kesuksesannya membawa Los Blancos meraih gelar Piala Super Spanyol ke-11 sepanjang sejarah, Zidane mengungkapkan kesiapan timnya menghadapi situasi apapun menjadi faktor utama keberhasilan mengalahkan Los Rojiblancos.
“Saya tidak tahumengapa kami mampu memenangkan sembilan gelar dari sembilan final. Itu karena Madrid adalah tim yang selalu bisa melakukannya,” kata Zidane, dilansir Marca.
Skor kacamata selama 90 menit dilanjutkan hingga masa perpanjang waktu. Kerasnya tensi pertandingan bahkan membuat Madrid harus bermain 10 orang setelah Fade Valverde dihadiahi kartumerah (115) karena menekel Alvaro Morata.
Pertandingan pun ditentukan melalui adu penalti. Empat algojo Madrid, yakni Dani Carvajal, Rodrygo Goes, Luka Modric, dan Sergio Ramos menjalankan tugasnya dengan baik. Sementara Atletico hanya Kieran Tripper yang mencetak gol, sedangkan Saul Niguez dan Thomas Partey gagal.
Secara terbuka Sinedine Zidane memuji penampilan seluruh para pemain yang dinilai tampil bagus sepanjang perhelatan Piala Super Spanyol terutama penjaga gawang Thibaut Courtois. Kendatidemikian, mantan gelandang Juventus tersebut mengindikasikan pertandingan melawan Atletico tidak mudah.
“Kami sabar dan tenang. Kami selalu percaya sampai akhir dan kami menang,” kata Zidane.
Madrid tidak berpuas diri dan terus berjuang untuk meraih gelar di beberapa kompetisi lainnya seperti Primera Liga, Liga Champions, dan Copa del Rey.
“Sekarang, kami akan menikmati kemenangan ini, tapi semuanya belum berakhir. Kami juga ingin sukses di Primera Liga, Liga Champions, dan Copa del Rey. Musim ini masih sangat panjang,” ujar Zidane.
Kekalahan dari Madrid membuat Los Colchoneros gagal di lima final Piala Super Spanyol (1991, 1992, 1996, 2013). Asa meraih gelar ketiga setelah 1985 dan 2014 pun kandas. Meski kalah, Pelatih Atletico DiegoSimeone tetap bangga dengankinerja pasukannya yangberjuang hingga akhir.
Dia menilai kalah dari adupenalti hanya karena kurang beruntung. Ketegaran Simeone dilatarbelakangi performa Atletico yang tidak terkalahkan dalam enam pertandingan sebelumnya disemua kompetisi (limamenang, satu imbang).
“Kami memulai dengan cukup baik pada 20 hingga 25 menit pertama dan 15 menit terakhir babak pertama. Dibabak kedua, situasinya mulai berubah. Madrid memiliki peluang, tapi kami selalu berada di posisi yang tepat dengan berbagai serangan bagus ke gawang mereka,” tandas Simeone.
Dia juga menyindir gelandang Madrid Fede Valverde sebagai pemain terbaik di pertandingan tersebut. Alasannya, tekel Valverde kepada Alvaro Morata padamenit ke-115 menggagalkan peluang Atletico membuat gol. “Jika ada pemain terbaik, Valverde adalah orangnya,” kata Simeone, menyindir.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.