DewaSport.asia – Zinedine Zidane baru saja membuat keputusan mengejutkan saat dia mengumumkan untuk meninggalkan Real Madrid, 31 Mei 2018. Betapa tidak, Zidane sudah membuktikan diri sebagai pelatih paling sukses yang pernah menangani Madrid dengan catatan sembilan trofi dalam 2,5 tahun.
Namun, untuk mencoba memahami keputusan Zidane, ada baiknya mengingat kembali alasan Madrid menunjukkan, perjalanan Zidane, dan kebiasaan buruk Real Madrid dalam beberapa tahun terakhir.
Pada mulanya, Zidane hanyalah Plan B. Dia diangkat menjadi pelatih pada Januari 2016, di pertengahan musim, untuk menggantikan Rafael Benitez yang gagal membawa Madrid menuju kejayaan. Saat itu banyak pihak yang meragukan keputusan Florentino Perez memilih Zidane.
Walaupun demikian, Zidane terus membuktikan diri dengan terus meraih kemenangan. Sebelumnya, saat masih ditangani Benitez, madrid menelan tiga kekalahan dan empat hasil imbang dari 18 pertandingan di La Liga. Tapi setelah Zidane mengambil alih, Madrid hanya kalah sekali dan dua kali imbang di 20 laga berikutnya.
Madrid pun terus mengejar Barcelona di La Liga, tetapi malang bagi Zidane, mereka harus puas di posisi kedua dengan 90 poin saat Barca memastikan diri sebagai juara dengan 91 poin.
Meskipun gagal di La Liga, Zidane berhasil membungkam segala keraguan yang terus mengganggunya. Dia berhasil membawa Madrid meraih juara Liga Champions setelah mengalahkan Atletico Madrid di final melalui babak adu penalti.
Trofi tersebut merupakan persembahan pertama Zidane untuk Madrid hanya dalam waktu lima bulan kerja. Saat itu, banyak yang menyebut Zidane hanya beruntung.
Memasuki musim kedua melatih, Zidane mulai mengambil kendali penuh. Bermodalkan pemain yang tak jauh berbeda, Zidane memulai musim dengan optimistis. Saat itu mungkin pemain paling tenar yang didatangkan Zidane hanyalah Marco Asensio dan memulangkan Alvaro Morata dari Juventus.
Madrid memulai musim dengan laju kemenangan yang sangat baik. Bahkan Zidane memecahkan rekor klub dengan laju unbeaten di 40 pertandingan sejak April 2016 sampai Jauari 2017. Zidane akhirnya menelan kekalahan pertama atas Sevilla (1-2) di La Liga musim itu.
Musim itu adalah musim terbaik Zidane selama menangani Madrid. Los Blancos tampil begitu superior sepanjang musim dengan hanya menelan tiga kekalahan di La Liga. Tetapi di saat yang sama Zidane kembali gagal di Copa del Rey, Madrid harus disingkirkan tim sekelas Celta Vigo pada Januari 2017, kekecewaan pertama di era Zidane.
Melupakan kegagalan di Copa del Rey, Zidane terus membawa Madrid melaju dengan baik di La Liga dan Liga Champions, kompetisi favoritnya. Madrid akhirnya berhasil menjuarai La Liga dengan 93 poin, Barcelona membayangi di posisi dua dengan 90 poin.
Trofi La Liga bertambah manis saat Zidane berhasil menjuarai Liga Champions setelah menaklukkan Juventus 4-1 di partai final. Dia berhasil membuktikan kejeniusannya dengan mengawinkan kedua trofi tersebut.
Dua trofi tersebut menambah Zidane mulai mendapat kepercayaan penuh. Zidane sudah mempersembahkan lima trofi hanya dalam waktu satu setengah tahun (2 Liga Champions, 1 La Liga, 1 Piala Super Eropa, 1 Piala Dunia Antar Klub).
Menceburkan diri ke musim 2017/18, Madrid racikan Zidane mulai goyah. Mereka yang terpaksa bermain tanpa Cristiano Ronaldo di beberapa pertandingan awal tidak bisa menjaga konsistensi dan hanya mampu mendapatkan dua kemenangan di lima laga pertama.
Musim ini Madrid tampil tidak konsisten, Sergio Ramos dkk. selalu kesulitan melawan tim kecil yang seharusnya mudah bagi mereka. Zidane pun mulai kesulitan mengembalikan motivasi para pemainnya.
Perjuangan Madrid untuk mempertahankan gelar pun bisa dibilang usai saat mereka takluk 0-3 dari Barcelona pada Desember 2017. Kekecewaan itu disusul dengan kegagalan Madrid di Copa del Rey saat tersingkir di tangan Leganes.
Saat inilah masa depan Zidane mulai dipertanyakan, sebagaimana diketahui, Florentino Perez mempunyai kebiasaan buruk untuk memecat pelatih yang gagal meneruskan kejayaan Madrid.
Musim ini Zidane benar-benar kesulitan, Madrid menelan lima kekalahan dan delapan hasil imbang sepanjang musim. Alhasil Madrid harus puas di posisi ketiga klasemen dengan 76 poin, sementara Barca sekali lagi menjadi juara dengan 93 poin.
Beruntung, Zidane masih memiliki kesempatan di Liga Champions. Paduan taktik dan faktor keberuntungan sekali lagi membantu Zidane membawa Madrid sampai di final, melawan Liverpool yang juga mengejutkan.
26 Mei 2018 waktu setempat, Madrid akhirnya berhasil menjadi juara dan membungkus trofi untuk ketiga kalinya dalam tiga musim beruntun. Liverpool harus mengakui kekuatan Madrid dengan skor 1-3.
Tambahan trofi tersebut berarti Zidane sudah meraih empat trofi musim ini (1 Liga Champions, 1 Piala Super Eropa, 1 Piala Super Spanyol, 1 Piala Dunia Antar Klub.
Total Zidane sudah mempersembahkan sembilan trofi hanya dalam 2,5 tahun. Dia merupakan pelatih terbaik sepanjang sejarah Madrid dengan perhitungan rasio trofi per musim.
Lima hari kemudian, tanpa aba-aba, Zidane mengumumkan pengunduran dirinya pada 31 Mei. Era Zinedine Zidane berakhir sudah. Madrid dibuat terkejut, khususnya Florentino Perez.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.